Rabu, 14 April 2010


Refleksi : Menarik juga .., kalau penelitian tentang rami sudah rampung, bisa terbayangkan berapa devisa negara yang bisa selamat …
Tapi sepertinya bukan tanpa efek samping .., mudah-mudahan, perluasan lahan untuk rami ini tidak mengurangi lahan hutan dan lahan pertanian….., yang ujung-ujung nya berdampak negatif juga untuk lingkungan ..
Btw, Ibu Aminah ini memang entrepreneur sejati … @_@

Ruang tamu berukuran 5 x 5 meter itu tampak penuh. Di setiap sisi dinding terdapat kursi panjang. Sedangkan di tiap pojok terlihat manekin. Sebuah etalase kaca berisi tumpukan kain diletakkan di sebelah kiri pintu masuk. Di atas etalase itu terdapat deretan benang bertumpuk-tumpuk.

Jangan salah. Baju, kain, dan benang itu bukan dari bahan kapas, melainkan terbuat dari serat rami (Boehmeria nieca). Mien Aminah Musaddad, sang pemilik rumah, lantas menunjuk sebuah kardus besar di dekat pintu masuk yang berisi ikatan batang pohon rami sebagai bukti. “Ikatan pohon itu untuk contoh bila ada tamu yang ingin melihat langsung bentuk pohon rami,” ujarnya.

Dari rumah sederhana itulah kini berkembang industri baru: kain serat rami. Peminatnya pun bukan hanya pasar dalam negeri, melainkan juga pasar mancanegara, terutama Cina. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, merancang konsep perencanaan pembangunan industri kain berbahan baku rami secara besar-besaran. Di wilayah “kota dodol” itu, tanaman rami bakal dikembangkan hingga seluas 300 hektare.

Pada saat ini, Garut menghasilkan 600 ton rami per bulan dari lahan seluas 200 hektare. Prospek tanaman itu dipercaya sangat moncer lantaran hingga kini Indonesia masih mengimpor serat kapas lebih dari 95 persen kebutuhan dalam negeri. Apalagi, hasil penelitian membuktikan, daun rami mengandung 21 persen-23 persen protein, 10 persen-11 persen lemak, 14 persen-16 persen serat kasar, 22 persen fosfor, dan 4,9 persen kalsium, bahkan kaya lisin dan karoten.

hunan_isunte_ramie_degummed_fiber

Belakangan, kain rami mulai dikembangkan untuk pakaian militer. Bahkan penelitian untuk menciptakan rami sebagai baju anti-peluru dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Semua potensi itu terkuak berkat kegigihan Aminah dalam mengembangkan serat rami menjadi kain berkualitas.

***

Setelah melewat jatuh-bangun, Aminah menjadi potret warga yang sukses menjadi juragan kain rami. Adalah Grup Medco yang mempertautkan warga Kecamatan Wanaraja, Garut, itu dengan rami pada 1998. Ketika itu, kelompok bisnis minyak milik Arifin Panigoro itu hendak membuka lahan untuk menanam rami untuk dikembangkan menjadi industri pakaian. Garut menjadi alternatif pilihan lokasi.

Aminah yang kerap menggerakkan petani untuk mengembangkan berbagai kegiatan, serta Pesantren Darussalam di Saguling, ditunjuk sebagai penggerak, bersama PT PLN. Meski akhirnya PT Medco mundur teratur, Aminah terus melangkah.

Kebetulan pada saat itu ada program pengolahan hutan desa, yakni Lembaga Masyarakat Hutan Desa. Program ini merupakan kerja sama masyarakat dengan Perhutani. Aminah pun mengintegrasikan rencananya dengan program pemberdayaan masyarakat seputar hutan itu. Pada tahap awal, ia mendapat konsesi untuk menanam di lahan Perhutani seluas 4 hektare dengan modal Rp 60 juta. Proyek percontohan itu menuai sukses. Pohon rami tumbuh sangat bangus.

Tapi, setelah panen, ibu enam anak itu kebingungan mengolahnya. Atas bimbingan BPPT dan Balai Besar Tekstil Bandung, upaya merajut rami menjadi benang pun dapat dilakukan. Beberapa peralatan dipinjamkan dari dua institusi itu.

Keberhasilan itu memacu Aminah memperluas lahan untuk tanaman rami hingga 20 hektare. Modalnya ditambah. Tapi, setelah dilakukan penanaman, ternyata ada kebijakan menjauhkan masyarakat dari hutan. Akhirnya lahan tersebut hanya dijadikan pusat pengembangan bibit rami.

Namun langkah wanita kelahiran Garut, 27 Februari 1950, itu tak pernah surut. Setelah ia mampu memintal rami menjadi benang, angan-angannya tidak berhenti. Pergilah Aminah ke SMK Tekstil di Pekalongan, Jawa Tengah. Di sinilah kain pertama berbahan 100 kilogram benang rami terwujud.

Seiring dengan waktu, keterampilan membuat kain itu makin terasah. Terlebih setelah Aminah, yang mendapat bantuan dari Departemen Koperasi, belajar ke Cina. Sepulang dari “negeri panda” itu, ia membeli mesin untuk memintal benang rami. Kini 10 pekerjanya terus bergantian memproduksi benang dan kain rami.

Wanita 12 cucu itu akhirnya menjalin kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan BPPT. Ia diminta menyediakan rami untuk rompi anti-peluru. “Saya nggak tahu persis diapakan. Cuma, katanya, sudah masuk level dua,” tutur Aminah, tanpa bisa merinci lebih jauh.

***

Sejak tahun 2005, para peneliti LIPI memang melakukan riset tentang bahan tahan peluru dari serat alam. Bahan utamanya dari tanaman rami. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji Polimer, Pusat Penelitian Fisika LIPI. Dipilihnya bahan alam serat rami, menurut Ketua Laboratorium Uji Polimer, Pusat Penelitian Fisika LIPI, Rahmat Satoto, karena rami merupakan isolator panas dan akustik yang baik. “Rami adalah bahan terbarukan dan ramah lingkungan,” kata Rahmat.

Penelitian itu, masih kata Rahmat, diilhami kebutuhan baju tahan peluru TNI yang masih diimpor. “Untuk produksi di dalam negeri, diperlukan biaya tinggi karena bahan baku utamanya adalah kevlar atau spectra,” katanya.

Bahan rami dipilih dengan beberapa asumsi. Misalnya, dapat diproduksi dengan investasi rendah, prosesnya mudah, tidak memerlukan alat khusus, dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Namun, seperti serat alam pada umumnya, kelemahan rami terletak pada ketahanan panasnya yang lebih rendah dibandingkan dengan kevlar. Keawetannya lebih rendah dan dapat terpengaruh oleh kelembapan. Panjang serat dan kualitasnya pun dapat berubah, tergantung panen.

Kekurangan sifat serat rami itu diperbaiki dengan menambahkan crosslink agent agar lebih tahan panas sekaligus tahan terhadap kelembapan. Sedangkan panjang serat dan kualitasnya dapat diperbaiki dengan kontrol sejak budi daya serta kontrol proses pengambilan dan pengolahan serat.

Serat rami diambil dari daun atau batang. “Biasanya yang paling kuat adalah serat kulit batang bagian bawah,” ujar Rahmat. Ketika dipintal, rami tidak dipotong. Dan sebelum ditenun, serat diperkuat menggunakan lem ethylene glycol atau polyurethane yang sangat encer. “Hasil tenunan merupakan parameter sangat penting karena sangat mempengaruhi sifat komposit,” kata peraih doktor bidang polimer dari Tokyo Institute of Technology pada 2002 itu.

Hasil prapenelitian meyakinkan Rachmat bahwa rami cukup andal menahan peluru. Hal itu ditunjukkan lewat percobaan panel ukuran 40 x 40 sentimeter, yang dilapisi serat rami, karet, kulit ikan pari, dan diakhiri dengan serat rami. Panel itu dijepit dengan bingkai dan digantungkan. Lalu panel sederhana itu diuji, ditembak dengan senapan angin menggunakan jenis peluru tajam dari jarak empat meter. Kecepatan peluru senapan angin lebih tinggi ketimbang peluru pistol. Hasilnya, peluru itu terpental meninggalkan sedikit luka pada panel.

Masalahnya, kekuatan rami masih kalah dibandingkan dengan serat sintetis. “Karena itu, kami harus terus menyempurnakannya,” kata Rahmat. Selain itu, serat rami kaku dan besar. Kalau dirajut, tidak bisa rapat. Belum lagi perangkat untuk perajutannya sulit didapat. “Jadi, kelemahan serat rami untuk baju tahan peluru masih banyak,” ujarnya.

Heru Pamuji, Syamsul Hidayat, dan Sulhan Syafi’i
Sumber : Gatra (26 Februari 2009)
:) :D :p

Rabu, 17 Maret 2010

struktur & sifat serat sutera


Sutera adalah serat yang diperoleh dari jenis serangga yang disebut Lepidoptera. Serat sutera berbentuk filament, dihasilkan oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Spesies utama dari ulat sutera yang dipelihara untuk menghasilkan sutera adalah bombix mori.

Pemeliharaan ulat sutera dimulai di negeri China., kemudian menyebar ke Jepang, Asia Tengah, Asia Timur dan Eropa. Pada saat ini, Negara utama penghasil sutera adalah Jepang, China, Italia dan Perancis.

Proses Produksi


Proses produksi sutera dapat dibagi atas dua tahap yaitu :

1.
Pembibitan
2.
Penggulungan sutera


Struktur Serat

  • Serat sutera mentah mempunyai komposisi sebagai berikut :
  • Fibrovin (serat) : 76%
  • Serisin (perekat) : 22%
  • Lilin : 1,5%
  • Garam-garam mineral : 0,5%



Fibrovin adalah protein yang tidak mengandung belerang, tidak larut didalam alkali lemah dan sabun.

Serisin adalah protein yang tidak mengandung belerang, dan merupakan protein Albumin yang tidak larut dalam air dingin, tetapi menjadi lunak didalam air panas, dan larut dalam alkali lemak atau sabun. Serisin menyebabkan serat sutera mentah, pegangannya kaku dan kasar, dan merupakan pelindung serat selama pengerjaan mekanik. Supaya kain sutera menjadi lembut, berkilau dan dapat dicelup, serisin harus dihilangkan, biasanya dengan pemasakan didalam larutan sabun. Dalam pemasakan ini, lilin dan garam-garam mineral juga ikut hilang.

* Sifat Fisika

Kekuatan serat sutera dalam keadaan kering 4-4,5 g/d dengan mulur 20-25%, dan dalam keadaan basah 3,5-4,0 g/d dengan mulur 25-30%. Serat sutera dapat kembali ke panjang semula setelah mulur 4%, tetapi kalau mulurnya lebih dari 4%, pemulihannya lambat dan tidak kembali ke panjang semula.

Sifat khusus dari sutera adalah bunyi germerisik (scroop) yang timbul, apabila serat saling bergeseran. Sifat ini bukan pembawa sutera, tetapi merupakan hasil pengerjaan dengan larutan asam encer, yang mekanismenya belum diketahui.


Untuk mengimbangi hilangnya berat dari serisin, maka sutera diberati dengan cara merendamnya didalam larutan garam-garam timah dalam asam. Pemberatan ini juga mengembalikan sifat peregangan dan sifat menggantung dari sutera, tetapi akan mengurangi kekuatannya dan akan mempercepat kerusakan karena sinar matahari.

* Sifat Kimia

Sutera tidak dirusak oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut dan akan dirusak oleh asam kuat. Disbanding dengan wol, sutera kurang tahan asam tetapi lebih tahan alkali meskipun dalam konsentrasi rendah. Pada suhu tinggi akan terjadi kemunduran pada kekuatannya. Sutera tahan terhadap semua pelarut organic, tetapi larut didalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilena diamida.

Sutera kurang tahan terhadap zat-zat oksidator umpama kaporit dan simar matahari, tetapi lebih tahan terhadap serangan secara biologi dibandingkan dengan serat-serat alam yang lain.